Wednesday, January 2, 2013

Resensi Novel Siti Nurbaya



ANALISIS NOVEL SITI NURBAYA : Kasih Tak Sampai
Laporan hasil pembacaan :
1.     Ringkasan Novel :
Baginda Sulaiman adalah seorang pedagang yang sukses. Ia mendapatkan modal berdagang dari seorang rentenir yang kaya raya dan serakah, Datuk Maringgih. Datuk tidak pernah suka melihat bisnis Baginda Sulaiman berjalan lancar sehingga ia memerintahkan bawahannya untuk menghancurkan bisnis Baginda Sulaiman sampai ia jatuh miskin. Setelah ia jatuh miskin, Datuk meminta kembali hutang yang dimiliki Baginda Sulaiman kepadanya. Karena ia tidak punya harta apa-apa lagi akhirnya Datuk meminta Baginda Sulaiman membayarnya dengan menikahkan Siti Nurbaya, putri Sulaiman dengannya. Siti Nurbaya, yang sudah lama kehilangan sosok sang ibunda memilih untuk menurut kepada permintaan Datuk untuk membantu ayahnya. Pada akhirnya Siti Nurbaya yang berparas cantik dan berjiwa halus pun menikah dengan Datuk, seorang pria paruh baya yang tidak bisa dibilang gagah ataupun tampan. Datuk merasa keinginannya telah terpenuhi, sedangkan Siti Nurbaya terbayang-bayang oleh kesetiaan kekasihnya, Samsu di Jakarta.
            Di Jakarta, Samsu menerima surat dari Siti Nurbaya yang menjelaskan tentang keadaannya sekarang dan ia sangat kecewa ketika mengetahui kekasih dan pujaan hatinya telah menikah dengan orang yang buruk rupa buruk budi.
            Suatu hari ketika liburan, Samsu kembali ke Padang dan ia secara kebetulan bertemu dengan kekasih hatinya, Siti Nurbaya. Ia akhirnya menyapa dan bercengkrama dengannya. Namun Datuk ternyata melihat kejadian tersebut dan beranggapan bahwa Siti Nurbaya selingkuh. Akhirnya ia menganiaya Siti Nurbaya seenaknya. Samsu yang tidak rela Siti Nurbaya diperlakukan tidak baik akhirnya memukul Datuk hingga berdarah. Siti Nurbaya yang terkejut berteriak sehingga ayahandanya yang sedang jatuh sakit meninggal dunia ketika berusaha menemui anaknya.
            Karena kejadian tersebut, Datuk mengusir Siti Nurbaya karena beranggapan ia telah mencemarkan nama baiknya dan begitu pula Samsu, ia juga diusir oleh ayahnya, Sultan Mahmud yang merupakan penghulu terkenal di Padang. Akhirnya Samsu kembali ke Jakarta. Mendengar bahwa Samsu, kekasih hatinya ada di Jakarta, Siti Nurbaya memutuskan untuk menyusulnya. Akan tetapi ketika ia sudah sampai di Jakarta, ia ditanggap sekawanan polisi yang menuduhnya mencuri harta orang. Hal ini merupakan upaya Datuk untuk menyengsarakan Siti Nurbaya. Sehingga ia, dengan tipu daya dan kelihaiannya mengumumkan bahwa Siti Nurbaya telah mencuri hartanya kepada polisi. Dan pada akhirnya polisi mengembalikan Siti Nurbaya ke Padang, kota kelahirannya. Di Padang pun nasib Siti Nurbaya tidak membaik karena selalu dibayang-bayangi bawahan Datuk Maringgih. Hingga akhirnya ia meninggal dunia karena memakan racun yang diberikan oleh bawahan Datuk.
            Mendengar kabar bahwa Siti Nurbaya meninggal membuat Samsu putus asa, ia merasa belahan jiwanya telah pergi dan takkan kembali lagi hingga akhirnya ia berusaha untuk bunuh diri. Akan tetapi untunglah karena upaya itu tidak berhasil. Pada akhirnya Samsu memutuskan untuk mengikuti sekolah militer. Ketika ia telah berpangkat Letnan, ia mendengar kabar bahwa katanya di Padang sedang banyak masalah karena ulah Datuk Maringgih. Mendengar nama tersebut, tersulutlah api dendam yang selama ini bersemayam di hatinya. Akhirnya, ia dan pasukannya berangkat ke Padang untuk menangkap Datuk.
            Ketika bertemu dengan Datuk, ia tidak segan-segan langsung menembakkan peluru panas ke dada Datuk hingga ia meninggal dunia. Namun sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya, Datuk masih sempat membacok kepala Samsu hingga Letnan ini harus dirawat karenanya. Dalam perawatannya, ia meminta untuk bertemu kepada ayahnya, Sultan Mahmud untuk meminta maaf atas apa yang terjadi di masa lalu dan berwasiat kepada ayahnya apabila ia meninggal dunia, ia ingin jasadnya dikuburkan di sebelah kuburan kekasih hatinya, Siti Nurbaya. Dan setelah bertemu dengan ayahnya, ia pun menghembuskan nafas terakhirnya. Sultan Mahmud melaksanakan permintaan terakhir dari anaknya dengan menguburkan Samsu di sebelah kuburan Siti Nurbaya di Gunung Padang. Dan disitulah mereka kembali bertemu setelah sekian lama terpisahkan.

          Unsur Ekstrinsik :
Riwayat Hidup Marah Rusli :
Marah Rusli bin Abu Bakar atau yang lebih dikenal sebagai Marah Rusli lahir di Padang,  Agustus 1889. Ia termasuk keluarga bangsawan Pagaruyung. Ayahnya adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai seorang demang. Sedangkan ibunya berasal dari Jawa keturunan Sentot Alibasyah,salah satu panglima perang Pangeran Dipenogoro. Marah Rusli menikah dengan orang Sunda, ia memiliki 3 orang anak. Dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Marah Tusli tamat sekolah Rakyat di Padang pada tahun 1904, tamat Sekolah Raja di Bukittinggi pada tahun 1909 dan tamat Sekolah Dokter Hewan tahun 1915 di Bogor.
Marah Rusli sebenarnya adalah seorang dokter hewan. Ia menjalani hidupnya sebagai dokter hewan hampir di sepanjang hidupnya. Ia menulis roman Siti Nurbaya ketika ia diskors setahun dari dokter karena ia berselisih dengan atasannya yang orang Belanda. Buku Siti Nurbaya, berhasil menempatkan diri sebagai puncak roman dalamsastra Indonesia modern dan berhasil merebut hadiah tahunan dibidang sastra yang diberikan oleh pemerintah RI pada tahun 1969 dan diterjemahkan dalam bahasa Rusia. Marah Rusli meninggal dunia pada tanggal 17 Januari 1968 dan dimakamkan di Bogor.

No comments: