ANALISIS NOVEL SITI NURBAYA : Kasih Tak Sampai
Laporan hasil pembacaan :
1. Ringkasan
Novel :
Baginda
Sulaiman adalah seorang pedagang yang sukses. Ia mendapatkan modal berdagang
dari seorang rentenir yang kaya raya dan serakah, Datuk Maringgih. Datuk tidak
pernah suka melihat bisnis Baginda Sulaiman berjalan lancar sehingga ia
memerintahkan bawahannya untuk menghancurkan bisnis Baginda Sulaiman sampai ia
jatuh miskin. Setelah ia jatuh miskin, Datuk meminta kembali hutang yang
dimiliki Baginda Sulaiman kepadanya. Karena ia tidak punya harta apa-apa lagi
akhirnya Datuk meminta Baginda Sulaiman membayarnya dengan menikahkan Siti
Nurbaya, putri Sulaiman dengannya. Siti Nurbaya, yang sudah lama kehilangan
sosok sang ibunda memilih untuk menurut kepada permintaan Datuk untuk membantu
ayahnya. Pada akhirnya Siti Nurbaya yang berparas cantik dan berjiwa halus pun
menikah dengan Datuk, seorang pria paruh baya yang tidak bisa dibilang gagah ataupun
tampan. Datuk merasa keinginannya telah terpenuhi, sedangkan Siti Nurbaya
terbayang-bayang oleh kesetiaan kekasihnya, Samsu di Jakarta.
Di Jakarta, Samsu menerima surat
dari Siti Nurbaya yang menjelaskan tentang keadaannya sekarang dan ia sangat kecewa
ketika mengetahui kekasih dan pujaan hatinya telah menikah dengan orang yang
buruk rupa buruk budi.
Suatu hari ketika liburan, Samsu
kembali ke Padang dan ia secara kebetulan bertemu dengan kekasih hatinya, Siti
Nurbaya. Ia akhirnya menyapa dan bercengkrama dengannya. Namun Datuk ternyata
melihat kejadian tersebut dan beranggapan bahwa Siti Nurbaya selingkuh.
Akhirnya ia menganiaya Siti Nurbaya seenaknya. Samsu yang tidak rela Siti
Nurbaya diperlakukan tidak baik akhirnya memukul Datuk hingga berdarah. Siti
Nurbaya yang terkejut berteriak sehingga ayahandanya yang sedang jatuh sakit
meninggal dunia ketika berusaha menemui anaknya.
Karena kejadian tersebut, Datuk
mengusir Siti Nurbaya karena beranggapan ia telah mencemarkan nama baiknya dan
begitu pula Samsu, ia juga diusir oleh ayahnya, Sultan Mahmud yang merupakan penghulu
terkenal di Padang. Akhirnya Samsu kembali ke Jakarta. Mendengar bahwa Samsu,
kekasih hatinya ada di Jakarta, Siti Nurbaya memutuskan untuk menyusulnya. Akan
tetapi ketika ia sudah sampai di Jakarta, ia ditanggap sekawanan polisi yang
menuduhnya mencuri harta orang. Hal ini merupakan upaya Datuk untuk
menyengsarakan Siti Nurbaya. Sehingga ia, dengan tipu daya dan kelihaiannya
mengumumkan bahwa Siti Nurbaya telah mencuri hartanya kepada polisi. Dan pada
akhirnya polisi mengembalikan Siti Nurbaya ke Padang, kota kelahirannya. Di
Padang pun nasib Siti Nurbaya tidak membaik karena selalu dibayang-bayangi
bawahan Datuk Maringgih. Hingga akhirnya ia meninggal dunia karena memakan racun
yang diberikan oleh bawahan Datuk.
Mendengar kabar bahwa Siti Nurbaya
meninggal membuat Samsu putus asa, ia merasa belahan jiwanya telah pergi dan
takkan kembali lagi hingga akhirnya ia berusaha untuk bunuh diri. Akan tetapi
untunglah karena upaya itu tidak berhasil. Pada akhirnya Samsu memutuskan untuk
mengikuti sekolah militer. Ketika ia telah berpangkat Letnan, ia mendengar
kabar bahwa katanya di Padang sedang banyak masalah karena ulah Datuk
Maringgih. Mendengar nama tersebut, tersulutlah api dendam yang selama ini
bersemayam di hatinya. Akhirnya, ia dan pasukannya berangkat ke Padang untuk
menangkap Datuk.
Ketika bertemu dengan Datuk, ia
tidak segan-segan langsung menembakkan peluru panas ke dada Datuk hingga ia
meninggal dunia. Namun sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya, Datuk masih
sempat membacok kepala Samsu hingga Letnan ini harus dirawat karenanya. Dalam
perawatannya, ia meminta untuk bertemu kepada ayahnya, Sultan Mahmud untuk
meminta maaf atas apa yang terjadi di masa lalu dan berwasiat kepada ayahnya
apabila ia meninggal dunia, ia ingin jasadnya dikuburkan di sebelah kuburan
kekasih hatinya, Siti Nurbaya. Dan setelah bertemu dengan ayahnya, ia pun
menghembuskan nafas terakhirnya. Sultan Mahmud melaksanakan permintaan terakhir
dari anaknya dengan menguburkan Samsu di sebelah kuburan Siti Nurbaya di Gunung
Padang. Dan disitulah mereka kembali bertemu setelah sekian lama terpisahkan.
Unsur
Ekstrinsik :
Riwayat
Hidup Marah Rusli :
Marah Rusli bin Abu Bakar atau yang lebih
dikenal sebagai Marah Rusli lahir di Padang,
Agustus 1889. Ia termasuk keluarga bangsawan Pagaruyung. Ayahnya adalah
seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai seorang
demang. Sedangkan ibunya berasal dari Jawa keturunan Sentot Alibasyah,salah
satu panglima perang Pangeran Dipenogoro. Marah Rusli menikah dengan orang
Sunda, ia memiliki 3 orang anak. Dua orang laki-laki dan seorang perempuan.
Marah Tusli tamat sekolah Rakyat di Padang pada tahun 1904, tamat Sekolah Raja
di Bukittinggi pada tahun 1909 dan tamat Sekolah Dokter Hewan tahun 1915 di
Bogor.
Marah Rusli sebenarnya adalah seorang dokter
hewan. Ia menjalani hidupnya sebagai dokter hewan hampir di sepanjang hidupnya.
Ia menulis roman Siti Nurbaya ketika ia diskors setahun dari dokter karena ia
berselisih dengan atasannya yang orang Belanda. Buku Siti Nurbaya, berhasil
menempatkan diri sebagai puncak roman dalamsastra Indonesia modern dan berhasil
merebut hadiah tahunan dibidang sastra yang diberikan oleh pemerintah RI pada
tahun 1969 dan diterjemahkan dalam bahasa Rusia. Marah Rusli meninggal dunia
pada tanggal 17 Januari 1968 dan dimakamkan di Bogor.
No comments:
Post a Comment