Wednesday, January 2, 2013

Resensi Novel Siti Nurbaya



ANALISIS NOVEL SITI NURBAYA : Kasih Tak Sampai
Laporan hasil pembacaan :
1.     Ringkasan Novel :
Baginda Sulaiman adalah seorang pedagang yang sukses. Ia mendapatkan modal berdagang dari seorang rentenir yang kaya raya dan serakah, Datuk Maringgih. Datuk tidak pernah suka melihat bisnis Baginda Sulaiman berjalan lancar sehingga ia memerintahkan bawahannya untuk menghancurkan bisnis Baginda Sulaiman sampai ia jatuh miskin. Setelah ia jatuh miskin, Datuk meminta kembali hutang yang dimiliki Baginda Sulaiman kepadanya. Karena ia tidak punya harta apa-apa lagi akhirnya Datuk meminta Baginda Sulaiman membayarnya dengan menikahkan Siti Nurbaya, putri Sulaiman dengannya. Siti Nurbaya, yang sudah lama kehilangan sosok sang ibunda memilih untuk menurut kepada permintaan Datuk untuk membantu ayahnya. Pada akhirnya Siti Nurbaya yang berparas cantik dan berjiwa halus pun menikah dengan Datuk, seorang pria paruh baya yang tidak bisa dibilang gagah ataupun tampan. Datuk merasa keinginannya telah terpenuhi, sedangkan Siti Nurbaya terbayang-bayang oleh kesetiaan kekasihnya, Samsu di Jakarta.
            Di Jakarta, Samsu menerima surat dari Siti Nurbaya yang menjelaskan tentang keadaannya sekarang dan ia sangat kecewa ketika mengetahui kekasih dan pujaan hatinya telah menikah dengan orang yang buruk rupa buruk budi.
            Suatu hari ketika liburan, Samsu kembali ke Padang dan ia secara kebetulan bertemu dengan kekasih hatinya, Siti Nurbaya. Ia akhirnya menyapa dan bercengkrama dengannya. Namun Datuk ternyata melihat kejadian tersebut dan beranggapan bahwa Siti Nurbaya selingkuh. Akhirnya ia menganiaya Siti Nurbaya seenaknya. Samsu yang tidak rela Siti Nurbaya diperlakukan tidak baik akhirnya memukul Datuk hingga berdarah. Siti Nurbaya yang terkejut berteriak sehingga ayahandanya yang sedang jatuh sakit meninggal dunia ketika berusaha menemui anaknya.
            Karena kejadian tersebut, Datuk mengusir Siti Nurbaya karena beranggapan ia telah mencemarkan nama baiknya dan begitu pula Samsu, ia juga diusir oleh ayahnya, Sultan Mahmud yang merupakan penghulu terkenal di Padang. Akhirnya Samsu kembali ke Jakarta. Mendengar bahwa Samsu, kekasih hatinya ada di Jakarta, Siti Nurbaya memutuskan untuk menyusulnya. Akan tetapi ketika ia sudah sampai di Jakarta, ia ditanggap sekawanan polisi yang menuduhnya mencuri harta orang. Hal ini merupakan upaya Datuk untuk menyengsarakan Siti Nurbaya. Sehingga ia, dengan tipu daya dan kelihaiannya mengumumkan bahwa Siti Nurbaya telah mencuri hartanya kepada polisi. Dan pada akhirnya polisi mengembalikan Siti Nurbaya ke Padang, kota kelahirannya. Di Padang pun nasib Siti Nurbaya tidak membaik karena selalu dibayang-bayangi bawahan Datuk Maringgih. Hingga akhirnya ia meninggal dunia karena memakan racun yang diberikan oleh bawahan Datuk.
            Mendengar kabar bahwa Siti Nurbaya meninggal membuat Samsu putus asa, ia merasa belahan jiwanya telah pergi dan takkan kembali lagi hingga akhirnya ia berusaha untuk bunuh diri. Akan tetapi untunglah karena upaya itu tidak berhasil. Pada akhirnya Samsu memutuskan untuk mengikuti sekolah militer. Ketika ia telah berpangkat Letnan, ia mendengar kabar bahwa katanya di Padang sedang banyak masalah karena ulah Datuk Maringgih. Mendengar nama tersebut, tersulutlah api dendam yang selama ini bersemayam di hatinya. Akhirnya, ia dan pasukannya berangkat ke Padang untuk menangkap Datuk.
            Ketika bertemu dengan Datuk, ia tidak segan-segan langsung menembakkan peluru panas ke dada Datuk hingga ia meninggal dunia. Namun sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya, Datuk masih sempat membacok kepala Samsu hingga Letnan ini harus dirawat karenanya. Dalam perawatannya, ia meminta untuk bertemu kepada ayahnya, Sultan Mahmud untuk meminta maaf atas apa yang terjadi di masa lalu dan berwasiat kepada ayahnya apabila ia meninggal dunia, ia ingin jasadnya dikuburkan di sebelah kuburan kekasih hatinya, Siti Nurbaya. Dan setelah bertemu dengan ayahnya, ia pun menghembuskan nafas terakhirnya. Sultan Mahmud melaksanakan permintaan terakhir dari anaknya dengan menguburkan Samsu di sebelah kuburan Siti Nurbaya di Gunung Padang. Dan disitulah mereka kembali bertemu setelah sekian lama terpisahkan.

          Unsur Ekstrinsik :
Riwayat Hidup Marah Rusli :
Marah Rusli bin Abu Bakar atau yang lebih dikenal sebagai Marah Rusli lahir di Padang,  Agustus 1889. Ia termasuk keluarga bangsawan Pagaruyung. Ayahnya adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai seorang demang. Sedangkan ibunya berasal dari Jawa keturunan Sentot Alibasyah,salah satu panglima perang Pangeran Dipenogoro. Marah Rusli menikah dengan orang Sunda, ia memiliki 3 orang anak. Dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Marah Tusli tamat sekolah Rakyat di Padang pada tahun 1904, tamat Sekolah Raja di Bukittinggi pada tahun 1909 dan tamat Sekolah Dokter Hewan tahun 1915 di Bogor.
Marah Rusli sebenarnya adalah seorang dokter hewan. Ia menjalani hidupnya sebagai dokter hewan hampir di sepanjang hidupnya. Ia menulis roman Siti Nurbaya ketika ia diskors setahun dari dokter karena ia berselisih dengan atasannya yang orang Belanda. Buku Siti Nurbaya, berhasil menempatkan diri sebagai puncak roman dalamsastra Indonesia modern dan berhasil merebut hadiah tahunan dibidang sastra yang diberikan oleh pemerintah RI pada tahun 1969 dan diterjemahkan dalam bahasa Rusia. Marah Rusli meninggal dunia pada tanggal 17 Januari 1968 dan dimakamkan di Bogor.

Resensi Novel Rumah Kaca



ANALISIS NOVEL RUMAH KACA
Laporan hasil pembacaan :
1
2.      Ringkasan Novel :
Pangemanann adalah seorang inspektur polisi yang memiliki keluarga yang sempurna dan bahagia. Ia sudah banyak memecahkan kasus-kasus berat dan diakui banyak orang. Pada suatu hari ia ditugaskan untuk memata-matai dan menyingkirkan seseorang yang tiada lain tiada bukan ialah orang yang ia kagumi, Raden Mas Minke. Akhirnya ia melakukan hal tersebut secara diam-diam dengan cara mendatangi rumah Minke seakan-akan ingin bersilaturahmi. Dalam tugas ini ia dibantu oleh Suurhof yang akan menjadi bawahannya langsung. Namun pada saat ini pagemanann masih belum berhasil. Akan tetapi ia selalu berusaha untuk mengenyahkan Minke. Pada akhirnya ia berhasil untuk menyingkirkan Raden Mas Minke hingga akhirnya Minke diasingkan ke Ambon. Minke adalah seorang pemimpin redaksi Koran. Ia berpihak kepada rakyat pribumi dan terus menerus menularkan semangat nasionalismenya kepada rakyat pribumi. Hal inilah yang merisaukan pemerintahan Belanda dan membuat Belanda mengambil jalan untuk mengasingkannya. Atas berhasilnya pangemanann menjatuhkan Minke, hadiahnya ia diangkat menjadi seorang ajukan komisaris.
Tiba-tiba,pangemanan dipecat dari jabatannya dan dipindahkan ke kantor pusat Algemenee secretarie untuk menggantikan Simon De Lange yang bunuh diri 3 hari sebelum kedatangannya sebagai orang yang memata-matai rakyat pribumi yang berpotensi untuk menjadi bibit menyulitkan bagi pemerintah Belanda sekaligus memusnahkan orang tersebut secara diam-diam. Dalam sepak terjangnya,muncullah Siti Soendari, seorang perawan yang sangat semangat dalam berpidato seputar nasionalisme, Marco, murid Minke yang suka menulis di surat kabar sambil mengobarkan semangat nasionalismenya dan orang-orang lainnya. Pekerjaannya di Algemene secretarie berjalan lancar namun diam-diam dia merasa jijik dan benci juga terhadap pekerjaannya karena secara tidak langsung ia melanggar hukum dan berlaku tidak adil terhadap orang-orang yang sebenarnya tidak berdosa, malah sebenarnya orang-orang yang mulia. Disamping itu, hubungannya dengan keluarganya pun memburuk sehingga Paullete meminta kembali ke Prancis bersama anak-anaknya.
Semakin lama, pangemanann merasa semakin sepi dan sendiri. Ia merasa semakin kehilangan segala sesuatu yang ia miliki. Semuanya hilang, termasuk dirinya sendiri. Ia merasa sudah tidak mengenal dirinya lagi. Akan tetapi ia tetap terus melanjutkan pekerjaannya. Sering kali ia merenung dan meratapi nasibnya sambil merasa bersalah terhadap semua orang yang sempat berurusan dengannya, terutama Raden Mas Minke. Tak jarang ia membaca buku Minke berulang-ulang berharap dengan begitu orang yang dihormatinya itu akan memaafkannya.
Ketika Gubernur Jendral Idenburg diganti menjadi Gubernur Jendral Van Limbung Stirum yang lebih lembut, Minke dibebaskan dari pengasingannya dan pangemanann menjemputnya. Minke yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Minke dahulu yang memiliki banyak pengikut. Sekedar namanya pun sekarang sudah tidak terdengar lagi. Ia sudah dilupakan. Baru saja  Minke bebas, tak berapa lama kemudian ia meninggal dikarenakan penyakit disentri. Hal ini mengejutkan sang pangemanann sehingga ketika Minke hendak dikuburkan, ia ikut menggiringnya dari jauh. Sepeninggalnya Minke, pangemanann bertemu dengan Madame Sanikem La Bouq, yang tiada lain tiada bukan adalah ibunda dari Raden Mas Minke. Madam Sanikem yang tidak tahu apa pekerjaan pangemanann menanyakan keberadaan Minke kepada sang pengamanann dengan wajah berseri. Ketika pangemanann menceritakan kenyataan bahwa Minke telah meninggal, wajah Madam berubah padam. Ketika ditanya apa penyebabnya, pangemanann ragu dalam menjawab sehingga Madam mencurigainya dan hal ini sungguh membuat pangemanann merasa sangat hina. Ia merasa telah merenggut kebahagiaan orang yang ada di hadapannya ini. Setelah itu mereka berziarah ke makan Minke.
Sehabis itu mereka kembali ke rumah masing-masing. Pangemanann merasa sangat sakit jiwa dan raga. Seharian tadi, keringat dinginnya tak berhenti mengucur, wajahnya pucat dan bahkan berjalan pun ia tak sanggup. Ia sadar. Ia telah banyak sekali menghianati orang-orang yang memercayainya. Mulai dari istrinya yang ia khianati, bangsanya bahkan dirinya sendiri ia khianati. Ia merasa sangat tidak berguna sehingga pada akhirnya ia memutuskan untuk menuliskan surat kepada Madam La Bouq dan memberinya tulisan-tulisan Minke sambil mengakui segala pengkhianatannya selama ini. Setelah itu ia memberikan semua hal yang ia miliki sekarang kepada pembantunya sedangkan ia bertolak ke Belanda.
“Deposuit Potentes de Sade et Exaltavat Humiles”
Dia rendahkan Mereka Yang Berkuasa dan Naikkan Mereka Yang Terhina

3.

4.      Unsur Ekstrinsik :

Riwayat Hidup Pramoedya Ananta Toer :

Pramoedya dilahirkan di Blora, di jantung Pulau Jawa, pada 1925 sebagai anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya ialah guru dan ibunya ialah pedagang nasi. Ia meneruskan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya dan bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.

Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan seringkali ditempatkan di Jakarta di akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen dan buku sepanjang karir militernya dan dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada 1950-an ia sanggup tinggal di Belanda sebagai bagian program pertukaran budaya, dan saat kembalinya ia menjadi anggota Lekra, organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya penulisannya berubah selama masa itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya Korupsi, fiksi kritik pada pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Ini menciptakan friksi antara dia dan pemerintahan Soekarno.

Semenjak Orde Baru berkuasa, Pramoedya tidak pernah mendapat kebebasan menyuarakan suaranya sendiri, dan telah beberapa kali dirinya diserang dan dikeroyok secara terbuka di koran. Pramoedya telah menulis banyak kolom dan artikel pendek yang mengkritik pemerintahan Indonesia terkini. Ia menulis buku Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer, dokumentasi yang ditulis dalam gaya menyedihkan para wanita Jawa yang dipaksa menjadi wanita penghibur selama masa pendudukan Jepang.

Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum dan Tionghoa. Banyak dari tulisannya juga semi-otobiografi, di mana ia menggambar pengalamannya sendiri. Ia terus aktif sebagai penulis dan kolumnis. Ia memperoleh Hadiah Ramon Magsaysay untuk Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif 1995. Ia juga telah dipertimbangkan untuk Hadiah Nobel Sastra. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000 dan pada 2004 Norwegian Authors' Union Award untuk sumbangannya pada sastra dunia. Ia menyelesaikan perjalanan ke Amerika Utara pada 1999 dan memenangkan hadiah dari Universitas Michigan. Ada sekitar 200 buku yang pernah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia.

Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok. Pada 12 Januari 2006, ia dikabarkan telah dua minggu terbaring sakit di rumahnya di Bojong Gede, Bogor, dan sedang dirawat di rumah sakit. Menurut laporan, Pramoedya menderita diabetes, sesak napas dan jantungnya melemah.

Pada 27 April 2006, Pram juga sempat tak sadar diri. Pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa dia ke RS Saint Carolus hari itu juga. Pram didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah menjangkitinya, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Pada 30 April 2006 pukul 08.55. Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.

Cintailah Bumi Maka Bumi Akan Mencintaimu :)



Hilang...
Hancur...
Tiada lagi...
Musnah sudah...
Seluruh daya tak ada...
Seluruh ilmu tak berguna...
Melihat hancurnya pelita dunia...
Tempat hidup sepanjang masa...
Kini tinggal kenangan semata...
Maafkan aku...
Yang tak peduli padamu...
            Agaknya puisi ini tepat dengan yang telah terjadi sekarang ini. Banyaknya bencana yang melanda, cobaan yang menerjang dan keadaan yang sangat rentan akan masalah. Banyaknya bencana ini bukannya membuat kita membuka mata dan sadar. Namun malah membuat kita tertidur dan merasa sudah terbiasa dengan bencana – bencana tersebut. Aneh memang manusia zaman sekarang. Hanya bisa terdiam di dalam keadaan yang begitu memprihatinkan. Sebenarnya, sekarang ini kita sedang ada di dalam keadaan yang tidak aman lagi karena ketidakteraturan masyarakat yang membuat dunia terasa pengap dan begitu sesak. Bukan karena angka mortalitas yang tinggi atau karena banyaknya penduduk yang ada di Indonesia, namun karena perilaku – perilaku masyarakat yang bahkan tidak tahu tempat dan lupa akan segalanya. Anehnya, masyarakat zaman sekarang jadi tambah pemalas. Terutama masyarakat di Indonesia ini. Bayangkan saja, masyarakat zaman sekarang jika memerlukan sesuatu hanya tinggal membeli dan menikmatinya. Jika mereka kesulitan dan menginginkan sesuatu yang serba praktis mereka hanya tinggal membeli barang elektronik yang diinginkan lalu didapatlah sudah yang ia inginkan. Misalnya, ketika ia ingin udara di dalam rumahnya dingin sejuk, maka ia tinggal membeli AC. Betapa mudahnya itu. Dari hal yang mudah itu, bukannya bersyukur, namun malah berulah. Selain itu, masyarakat zaman sekarang juga kebanyakan tidak pernah memikirkan dampak apa yang akan terjadi akibat ulahnya.
            Memang benar, zaman sekarang ini adalah zaman yang sudah serba mudah dan praktis, namun sungguh dibalik itu zaman ini juga merupakan zaman yang perlu ditanggapi dengan kritis bukan hanya teoritis. Banyak sekali hal yang menurut kita bermanfaat namun sebenarnya sangat merugikan. Tanpa kita sadari, hal tersebutlah yang akan menjadi bumerang bagi kita. Kebanyakan orang hanya ingin menikmati mudahnya menggunakan alat – alat modern yang sudah tersedia tanpa memikirkan apa dampaknya jika mereka terlalu berlebihan menggunakan barang – barang tersebut.
            Sebenarnya, wajar mereka ingin serba praktis seperti itu, namun jika mereka menggunakannya terlalu berlebih – lebihan, maka akan lebih banyak madharatnya dibandingkan dengan manfaatnya. Sesuai dengan sabda Rasul bahwa “Sesuatu yang berlebih – lebihan itu tidak baik”. Maka dari itu akan lebih baik jika kita menggunakan alat - alat tersebut seperlunya saja.
Nah, lalu apa hubungan alat - alat elektronik dengan dampak perubahan iklim? Sebenarnya jawabannya simple saja, kebanyakan alat elektronik mengandung CFC yang kurang baik  terhadap lapisan ozon. Dengan seringnya kita menggunakan barang - barang tersebut, maka itu sama artinya dengan kita yang ikut berkontribusi untuk berusaha memusnahkan bumi ini.
Lalu, apa hubungannya antara lapisan ozon dengan musnahnya bumi ini? Secara tidak langsung menurut para ilmuwan, CFC - CFC tersebut sedikit demi sedikit akan menggerogoti lapisan yang melindungi dan menyerap sebagian cahaya sebelum diteruskan ke dalam bumi. Lapisan tersebutlah lapisan ozon itu. Jika hal ini terus menerus terjadi, maka matilah kita. Oleh sebab itu tidak aneh, jika kita akan sengsara akibat perbuatan ketidakpedulian kita ini.
            Selama ini, manusia dengan nyamannya menggunakan berbagai macam fasilitas yang dengan tidak mau tahu tentang dampaknya terhadap lingkungan. Padahal sebenarnya kita hidup saling ketergantungan. Jika kita hidup hanya mau menang sendiri, lantas jika kita kesulitan siapa yang akan membantu kita? Sikap manusia yang serakah dan tidak pernah puas ini agaknya perlu diperbaiki. Namun bagaimana? Itu sudah menjadi sifat dasar manusia.
            Sebenarnya dibalik semua bencana yang kita alami, sebagian merupakan proses alami dari lingkungan namun banyak pula yang merupakan hasil dari kerja keras kita selama ini. Maksudnya apa? Manusia selama ini telah berusaha dalam mencari berbagai macam alat - alat elektronik yang praktis dan tinggal pakai. Manusia memang pintar, Allah menakdirkan seperti itu. Namun kepintaran itu kebanyakan disalah gunakan. Para ilmuwan - ilmuwan hebat telah berhasil dalam menciptakan benda - benda baru yang sangat berguna bagi kepentingan umat manusia. Akan tetapi mereka telah gagal dalam menjaga dan mencintai alam sekitar. Mereka bisa membuat mobil yang dapat mempermudah umat manusia untuk berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun mereka gagal untuk menjaga keutuhan lapisan ozon kita. Asap dari mobil mengandung semacam gas yang dapat mengikis lapisan ozon kita sedikit demi sedikit. “Sedikit demi sedikit” atau “perlahan tapi pasti” itu adalah suatu hal yang sepertinya ringan, namun serius. Lapisan ozon bumi merupakan lapisan yang menyerap panas terlebih dahulu sebelum melanjutkannya ke bumi. Biasanya lapisan ini mengatur berapa kadar yang harus masuk ke bumi dan berapa yang dikeluarkan kembali. Pada kenyataanya sekarang lapisan ozon kita telah menipis jadi panas matahari tidak sepenuhnya terserap dengan baik dan kerja dari lapisan ozon ini tidak maksimal. Bayangkan, jika 1 buah mobil dapat merusak beberapa molekul lapisan ozon, maka bagaimana dengan beribu - ribu mobil yang digunakan di seluruh dunia? Bagaimana jika penggunaan mobil non stop siang malam dan mengeluarkan zat – zat yang dapat merusak lapisan ozon? Tidakkah itu sebuah bencana?
            Contoh lain yaitu penggunaan lemari es yang berlebihan. Lemari es juga dapat mengikis lapisan ozon. Lemari es mengandung CFC yang dapat merusak lapisan ozon kita. Jangan pernah biarkan lemari es terbuka begitu saja karena itu berarti kita membiarkan bencana datang pada hidup kita. Dengan terbukanya lemari es, CFC - CFC tersebut akan keluar menuju atmosfer lalu merusak lapisan ozon. Sungguh dramatis bukan? Ternyata selama ini hal - hal kecil yang kita lakukan bisa menjadi bencana yang serius. Contoh lainnya yaitu AC yang senantiasa berada menemani kehidupan kita di manapun kita berada. AC sama seperti lemari es dan mobil, AC mengandung CFC yang tidak baik bagi ozon.
                Ozon merupakan gas beracun sehingga bila berada dekat permukaan tanah akan berbahaya bila terhisap dan dapat merusak paru-paru. Sebaliknya, lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di bumi karena ia melindunginya dari radiasi sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker, sedangkan CFC adalah senyawa organik yang mengandung karbon, klorin  dan fluor diproduksi sebagai volatil turunan dari metana dan etana. Bila dilepaskan ke atmosfer, zat yang mengandung klorin ini akan dipecah oleh sinar matahari yang menyebabkan klorin dapat bereaksi dan menghancurkan molekul-molekul ozon. Setiap satu molekul CFC mampu menghancurkan hingga 100.000 molekul ozon. Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia. Bahan-bahan kimia lain seperti bromin halokarbon, dan juga nitrogen oksida dari pupuk, juga dapat menyerang lapisan ozon. Menipisnya lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia, merusak tanaman pangan tertentu, memengaruhi plankton yang akan berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya karbondioksida akibat berkurangnya tanaman dan plankton. Sebaliknya, terlalu banyak ozon di bagian bawah atmosfer membantu terjadinya kabut campur asap yang berkaitan dengan iritasi saluran pernapasan.
            Itu baru dampak dari menipisnya ozon secara formal. Ada pula dampak yang tidak terlihat secara langsung namun dapat kita rasakan bersama. Akhir - akhir ini, volume air di laut naik. Mengapa? Adakah hubungannya dengan perubahan iklim? Tentu saja ada. Dengan menipisnya lapisan ozon, maka otomatis sinar ultra violet akan dengan mudah masuk ke dalam bumi tanpa melaui penyaringan sehingga iklim kita akan jadi lebih panas dari sebelumnya. Menurut University Sekolah Teknik dan Sains Terapan yang melaporkan temuan mereka, bahwa lubang ozon yang terletak di atas Kutub Selatan, telah memengaruhi sirkulasi seluruh belahan bumi selatan sampai ke khatulistiwa. Sementara pekerjaan sebelumnya telah menunjukkan bahwa lubang ozon berubah aliran atmosfer di lintang tinggi, kertas Engineering Columbia baru menunjukkan bahwa lubang ozon dapat memengaruhi sirkulasi tropis dan curah hujan meningkat pada lintang rendah di belahan bumi selatan. Ini adalah pertama kalinya bahwa penipisan ozon, fenomena atmosfer di atas yang terbatas pada daerah kutub telah dikaitkan dengan perubahan iklim dari Kutub ke khatulistiwa. Itu berarti menipisnya lapisan ozon sudah berpengaruh pada iklim tropis di khatulistiwa termasuk di Indonesia.
            Pengaruh dari iklim tersebut jelas berdampak pada kehidupan kita. Terutama di bidang perumahan dan permukiman kita. Secara tidak sadar, perubahan iklim dapat mengganggu habitat hewan. Sebagai contoh, keberadaan pesut pada tahun 1975 memiliki 1000 ekor populasi dan sampai saat ini diperkirakan jumlah pesut tinggal 50 ekor di Sungai Mahakam. Pesut yang jumlahnya semakin sedikit diperkirakan ada hubungannya dengan perubahan iklim yang dapat mengganggu habitat pesut tersebut. Saat ini pesut telah dilindungi undang-undang melalui Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan tumbuhan dan satwa liar. Dengan terganggunya habitat hewan tersebut, maka rantai makanan di ekosistem tersebut pun akan terganggu. Jika kita teliti, rantai makanan hewan tumbuhan dan manusia selalu berkaitan. Bagaimanapun juga, tidak dapat dipungkiri bahwa jika salah satu komponen rantai makanan hilang, maka rantai makanan tersebut akan terganggu dan jadi tidak seimbang. Begitu pula dengan makhluk hidup di sekitar permukiman kita. Jika perubahan iklim ini dapat menyebabkan kanker pada manusia, maka tidaklah aneh jika perubahan ini juga dapat menyebabkan kerugian pada hewan dan tumbuhan di sekitar kita. Maka dari itu, jika makhluk hidup di sekitar kita terganggu, ekosistem di daerah permukiman kita pun akan ikut terganggu. Selain itu, perubahan iklim ini khususnya dalam panas terik matahari dapat membuat tanah kering, sehingga yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana dengan hewan yang hidup di dalamnya? Akankah bisa bertahan? Bagaimana jika tidak bertahan? Bukankah akan merugikan juga untuk manusia?
            Selain itu dengan bertambah panasnya bumi, maka es di kutub utara dan selatan akan mencair dengan mudahnya yang mengakibatkan volume laut bertambah dan beberapa pulau di sekitarnya tenggelam. Jika hal ini dibiarkan secara terus - menerus maka tidak salah lagi, kelak bumi kita akan tenggelam oleh lautan tanpa pulau. Inginkah kita akan hal itu? Sesungguhnya tidak, namun dengan sikap kita yang tidak mudah puas selalu membuat kita ingin menghasilkan alat - alat baru yang lebih praktis dan mudah digunakan yang lagi - lagi dibuat tanpa melihat dampaknya pada keadaan sekitar. Kita menjadi manusia terlalu sombong akan kemampuan kita. Seharusnya kita sadar, apa tugas kita diutus ke bumi. Apa tujuan kita di turunkan ke bumi. Tidak lain dan tidak bukan adalah hanya untuk menjaga dan memelihara amanah yang telah dipercayakan Allah kepada kita. Namun apa yang kita lakukan? Kita malah menghancurkannya dan bahkan tidak ingat sama sekali bahwa ilmu yang kita miliki berasal dari Dzat yang Maha Tahu dan Dzat di atas segala Dzat. Seharusnya berkembangnya ilmu pengetahuan beriringan dengan kecintaan kita terhadap alam pemberian-Nya. Dengan alam pemberian-Nya, kita dapat hidup dengan nyaman. Seharusnya kita bersyukur bukannya melalaikan tugas kita tersebut.
            Agaknya manusia seperti kita ini pantas disebut sebagai kacang lupa kulitnya. Dengan sikap kita yang secara terus menerus mendzalimi, banyak makhluk hidup dan alam sekitar yang sengsara. Kita seakan lupa pada tempat di mana kita lahir, di mana kita tumbuh dewasa dan tempat di mana kita bisa menciptakan berbagai alat dan prestasi yang mengagumkan. Bumi. Ya. Di Bumi. Selama ini kita hidup di bumi Allah. Di tempat yang disediakan oleh-Nya maka sungguh tidak tahu diri jika kita malah berusaha untuk merusaknya. Mungkin manusia tidak sengaja dan tidak mengetahui dengan dampak ini awalnya, namun tolong sebelum memublikasikan sesuatu, teliti terlebih dahulu perbandingkan antara manfaat dan madharatnya. Jika memang manfaatnya lebih banyak, maka publikasikanlah. Namun jika tidak, biarlah Allah memberi kita yang lebih baik. Jika sudah terlanjur dipublikasikan, gunakan seperlunya!
            Nah sekarang, di zaman yang sudah bobrok ini, sudah banyak perilaku yang tidak mencintai lingkungan, penyelewengan undang - undang lingkungan, dan banyak orang egois yang tidak peduli lagi terhadap lingkungan. Lalu apa yang harus kita lakukan? Satu - satunya cara yaitu hanya dengan mencoba menaggulangi dampak dari bencana bertahap tersebut. Banyak cara yang dapat di lakukan, contohnya seperti berikut.
1.      Pengurangan penggunaan barang - barang yang dapat merusak lapisan ozon. Seperti mobil, lemari es, AC dan sebagainya. Setidaknya kita masih bisa menggantikan naik mobil dengan bersepeda, penggantian AC dengan kipas angin, dan sebagainya. Hal ini setidaknya dapat mengurangi dampak dari pemanasan global.
2.      Selain itu kita dianjurkan untuk tetap menanam tanaman (go green) di sekitar rumah. Dalam hal ini sebaiknya pemerintah lebih jauh menegakkan hukum untuk tidak ada lagi yang menebang pohon sembarangan dan diadakannya penanaman pohon yang lebih banyak. Minimal lima pohon per rumah sehingga penyerapan karbon dioksida lebih cepat.
3.      Jangan lupa juga untuk mematikan segala macam listrik jika tidak dipakai. Hal ini dapat membantu mengurangi perubahan iklim.
4.      Bisa juga dengan di setiap desa, diadakannya 2 macam tong sampah. Yang satu untuk organik agar bisa digunakan untuk pupuk kompos. Satu lagi merupakan anorganik agar tidak merusak struktur tanah, maka alangkah baiknya jika sampah anorganik ini dijadikan suatu karya sehingga banyak manfaat yang muncul.
5.      Kita juga bisa ikut bergabung dalam kelompok - kelompok pencinta lingkungan dan melakukan banyak aksi pertolongan lingkungan. Asik, bukan?
6.      Adakan penyuluhan tentang pelestarian lingkungan hidup ke berbagai tempat.
7.      Jangan sering menggunakan plastik. Sayangilah bumi dan segala isinya.
8.      Gunakan lampu hemat energi.
9.      Jangan biarkan lemari es terbuka begitu saja. Selain mubazir, itu juga dapat merusak ozon. Ingat !! Ozon perlu kita sayangi.
10.  Biasakanlah membuang sampah pada tempatnya sehingga akan memudahkan warga untuk membiasakan diri mencintai alam.
11.  Cintailah bumi maka bumi akan mencintaimu.
Alam ini sangatlah sayang jika dihancurkan begitu saja. Terlalu banyak manfaat yang akan hilang jika kita memusnahkannya.
“Tidakkah kau kelu
Jika kelak melihat anak cucumu menangis tersedu karena malu
Malu akan sikap nenek moyangnya yang menyia-nyiakan kekayaan alam
Dan malah menghancurkannya”
Al Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa. Rasulullah pun diperintahkan untuk senantiasa berusaha dan berdoa agar ditambahkan ilmunya. Seperti sabda Rasul :
“Dua keinginan yang takkan pernah puas, keinginan menuntut ilmu dan keinginan menuntut harta”
            Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan padanya. Hanya saja, itu jika manusia dapat berusaha mengarahkan diri agar tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengumpulkan harta dan ilmu teknologi yang bersifat membahayakan dirinya. Sebagaimana Al - Qur’an menegaskan :
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya-karena air itu-tanam - tanaman bumi, diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya dan memakai (pula) perhiasan penghuni - penghuninya telah menduga bahwa mereka mampu menguasainya(melakukan segala sesuatu), tiba - tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, maka Kami jadikan (tanam - tanamannya) laksana tanaman - tanaman yang sudah disabit, seakan - akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda - tanda kekuasaan (Kami) kepada orang - orang yang berfikir” (QS Yunus [10] : 24).


            Maka wahai umat manusia, sebelum azab dan siksaan Allah turunkan kepada kita, marilah kita menyayangi bumi kita ini. Marilah kita buat bumi ini menjadi lebih kokoh. Dengan mencegah dampak negatif dari perubahan iklim yang drastis.

Ingat !! Bertindaklah sebelum ditindak.
Dan belajarlah mencintai maka Kau akan dicintai.
Terutama mencintai bumi kita ini.

“CINTAILAH BUMI MAKA BUMI AKAN MENCINTAIMU”